Kilasdepok.com, SURIAH – Sudah sejak lama roti menjadi makanan pokok di Suriah. Sebelum perang berkecamuk di suriah, negara ini mampu memproduksi cukup gandum untuk memenuhi kebutuhan konsumsi roti dalam negeri. Namun, sejak perang terjadi, produksi dan persedian roti pun mulai menipis.
Berdasarkan laporan Human Rights Watch, konflik bersenjata selama satu dekade telah menyebabkan kekurangan gandum yang parah di Suriah akibat lahan-lahan pertanian semakin sedikit. Selain itu, banyak pula toko roti yang ikut hancur dan tidak dapat beroperasi selama konflik. Kondisi ini semakin parah karena adanya kebijakan yang berbeda saat distribusi roti, adanya pembatasan jumlah roti bersubsidi yang dapat dibeli warga.
Saat ini roti pun menjadi barang yang diperebutkan di Suriah, bahkan sangat banyak orang yang rela melakukan perjalanan melalui pos pemeriksaan untuk sekadar mendapatkan roti. Sementara yang lainnya, rela berdesakkan menunggu di depan toko roti. Padahal, seringkali tidak ada cukup roti untuk semua orang yang telah mengantre.
“Pejabat Suriah mengatakan bahwa prioritasnya adalah memastikan setiap orang memiliki cukup roti, tetapi tindakannya menunjukkan sebaliknya. Jutaan orang kelaparan di Suriah, sebagian besar karena kegagalan pemerintah untuk mengatasi krisis roti yang ditimbulkannya,” ujar Sara Kayyali, peneliti Suriah di Human Rights Watch
Hingga Februari 2021, Program Pangan Dunia, setidaknya 12,4 juta warga dari 16 juta warga Suriah mengalami kerawanan pangan. Jumlah ini bertambah 3,1 juta dari tahun lalu. WFP juga memperkirakan 46 persen keluarga di Suriah telah mengurangi jatah makanan harian mereka, dan 38 persen orang dewasa telah mengurangi konsumsi pangan mereka, agar anak-anak mereka memiliki cukup makanan. [Sumber: News.act.id]