kilasdepok.com, JAKARTA – Maskapai Pelita Air dikabarkan akan menjadi opsi pengganti Garuda Indonesia sebagai maskapai penerbangan pelat merah.
PT Pelita Air Service (PAS) merupakan anak perusahaan dari PT Pertamina (Persero). Perusahaan ini bergerak di ranah transportasi udara, aircraft charter, regular air services, sekaligus eksplorasi sektor migas.
Dikutip dari CNN Indonesia, Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur menjadi basis Maskapai Pelita Air.
Sedangkan, dalam operasionalnya Maskapai Pelita Air mempunyai lima base station. Maskapai ini berkantor di Jakarta Pusat.
Maskapai Pelita Air

Dalam kiprahnya, terhitung di tahun 2017 Pelita Air tercatat sudah mengudara selama 37.884 jam dengan 7 pesawat tipe ATR 42-500, ATR 72-500, Sikorsky S76-A, serta Bell 430.
Maskapai Pelita Air menyediakan berbagai pelayanan penerbangan, contohnya pelayanan penerbangan charter. Biasanya, pelayanan ini digunakan oleh tamu VVIP atau kargo.
Tidak hanya itu, maskapai penerbangan ini juga melayani pelatihan penerbangan yang diutamakan untuk industri minyak dan gas
Pelita Air juga melengkapi pelayanannya dengan perawatan pesawat, hingga pelayanan aviasi seperti mapping dengan drone dan manajemen bandara.

Anak perusahaan BUMN ini juga mengoperasikan 3 bandara milik PT Pertamina (Persora) dan satu pusat logistik.
Saat ini, Pelita Air dikelola beberapa oleh beberapa nama, seperti Michael Frankwin Umbas yang menjabat sebagai President Commissioner dan Affan Hidayat selaku Production Director.
Pihak Pelita Air kini sedang menunggu sejumlah sertifikasi, di antaranya 7 sertifikasi dari Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub dan 3 sertifikasi nasional dan internasional.
Pelita Air sampai saat ini masih memiliki klien dari berbagai kalangan seperti lembaga negara hingga sejumlah perusahaan.
Arya Sanulingga selaku Staf Khusus Menteri BUMN memaparkan pemerintah bersama pihak manajemen Garuda sedang melakukan restrukturasi dan negosiasi utang kepada lessor.

“Kalau negosiasinya gagal baru kit acari cara lain dan kita akan carikan langkah-langkah untuk supaya BUMN ini tetap memiliki pesawat,” tuturnya pada Minggu (24/10/2021).
Ketika dimintai keterangan mengenai Maskapai Pelita Air yang dijadikan opsi pengganti Garuda Indonesia, Arya belum dapat memaparkan lebih jauh.
“Soal opsi mengenai Pelita, itu nantilah yang utama sebenarnya adalah kita berusaha terus dan berjuang untuk bisa bernegosiasi dengan para lessor,” tutupnya.