Kilasdepok.com, JAKARTA — Berita tentang penyiksaan Bilal bin Rabah oleh Umayah bin Khalaf terdengar hingga telinga Abu Bakar Ash-Shiddiq. Sang Khalifah langsung melakukan tindakan untuk membebaskan Bilal. Ia meminta izin kepada Umayah agar bisa membeli Bilal bin Rabah.
“Abu Bakar langsung berkata ke Umayah, meminta izin, agar ia bisa membeli Bilal. Umayah berkata, ‘Aku akan jual tetapi dengan harga yang tinggi dari pasaran, yaitu lima uqiyah,” jelas Ustaz Faris BQ dalam Kajian Peradaban, Rabu (31/3/2021).
Harga lima uqiyah, lanjut Ustaz Faris, jauh di atas harga pasaran yang biasa dilakukan suku Quraisy waktu itu. Satu uqiyah setara dengan 141,75 gram emas. Hampir setara Rp175 juta uang pada hari ini. Ini hanya dikeluarkan untuk membebaskan Bilal dari penyiksaan majikannya.
Namun yang menakjubkan adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak menawar sedikitpun, dan menyanggupi harga yang diminta Umayah. Setelah transaksi terjadi, Umayah berniat menyakiti hati Abu Bakar tapi dibalas oleh Abu Bakar dengan lebih menakjubkan.
“Kalau tadi kamu menawar satu uqiyah saja, sebenarnya sudah aku lepas Bilal. Sebab orang ini tidak ada artinya bagiku. Ini dikatakan agar Abu Bakar merasa rugi. Lalu Abu Bakar menjawab, kalau seandainya tadi engkau menawarkan 100 uqiyah kepadaku, aku akan keluarkan untuk Bilal,” cerita Ustaz Fariz.
Baca juga: Semangat Wakaf Sejak Zaman Nabi Yusuf
Kisah pembebasan Bilal bin Rabah oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq menandakan Abu Bakar seorang yang lembut perasaannya. Ketika ada saudaranya sesama muslim tersiksa, ia tersentuh. Abu Bakar tidak menawar sedikit pun, padahal ia seorang pedagang dengan perhitungan yang cermat.
“Ini adalah hati yang tahu bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah SWT, maka tidak berpikir berapa banyak yang dikeluarkan. Namun, yang dipikirkan Abu Bakar adalah selagi ada kesempatan untuk berinfak di jalan Allah, maka ia segera melakukannya,” lanjut Ustaz Faris.
Rasa prihatin, kepedulian, kepekaan, empati kepada sesama membuat Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak perhitungan dalam berinfak. Wajarlah kalau sekiranya Abu Bakar Ash-Shiddiq memperoleh cinta yang luar biasa dari Allah SWT.
“Inilah inti ketika kita melakukan apa saja dalam kehidupan ini, orientasinya adalah Allah SWT. Inilah Abu Bakar Ash-Shiddiq memperoleh kecintaan dari Allah SWT dan dari Rasul-Nya,” tutupnya.[]