kilasdepok.com, JAKARTA – Kesehatan harus diperhatikan dari hal-hal kecil dan simpel, sesimpel dengan memperhatikan caramu berpakaian. Jangan cuma mengandalkan tampilan yang modis, kamu pun harus memahami risiko yang mengintai kalau kamu sembarangan pakai baju. Dikutip dari DetikHealth.com, berikut cara berpakaian yang perlu kamu perhatikan.
Pakaian yang ketat dan menekan perut bisa menyebabkan masalah.
“Terutama ketika seseorang makan terlalu banyak,” kata Jamie Koufman, MD, spesialis refluks dan penulis dari ‘Dropping Acid: The Reflux Diet Cookbook and Cure’.
Tekanan pada perut ini bisa memancing refluks asam lambung dan menimbulkan heartburn atau sensasi terbakar pada area dada.
“Bukan ide yang bagus untuk memakai sesuatu yang ketat untuk makan malam, khususnya jika sudah larut,” tambahnya. Jika memang kamu harus memakai pakaian yang ketat, Koufman menyarankan untuk makan lebih sedikit dan rendah lemak untuk mengurangi risiko refluks. Longgarkan juga pakaian sesudah kamu makan bila memang memungkinkan.
Korset didesain untuk membentuk tubuh dan perut yang buncit bisa tersamarkan. Tapi tahukah kamu, Orly Avitzur, MD, neurologis dan penasihat medis dari Consumer Reports, pakaian yang ketat pada perut area bawah dan paha atas bisa menyebabkan kondisi yang disebut meralgia paresthetica, iritasi pada saraf yang ada di depan dan luar paha. Gejala yang muncul termasuk rasa terbakar, nyeri, kesemutan di daerah paha dan hipersensitif terhadap sentuhan.
“Kami sudah mengetahui hal ini selama bertahun-tahun dan melihatnya pada wanita yang mengenakan korset. Sekarang kita melihatnya di pakaian kompresi lain, yang telah menjadi aksesori mode yang cukup umum. Jadi kami melihat semakin banyak wanita yang mencoba terlihat ramping dalam pakaian mereka,” ujar Dr Avitzur.
Literatur menunjukan dasi yang ketat bisa menimbulkan sirkulasi yang buruk di leher. Dalam sebuah studi yang dipublikasikan jurnal Stroke Research and Treatment, peneliti menggunakan alat yang meniru efek dari dasi ketat pada 40 laki-laki yang sehat dan menemukan perubahan sederhana dalam reaktivitas serebrovaskular, yang berhubungan dengan kemampuan dilatasi arteri di otak. Dengan kata lain, ini penanda potensial untuk stroke.
Penulis penelitian berteori bahwa kemungkinan kebiasaaan ini tidak mempengaruhi orang yang sehat, namun tetap berpotensi mempengaruhi risiko pada orang dewasa dengan faktor risiko stroke.
Beberapa jenis kain lebih mungkin menyebabkan iritasi dan reaksi alergi, terang Neeta Ogden, MD, ahli alergi dewasa dan anak.
“Menariknya kain wol khususnya dapat menyebabkan reaksi alergi pada orang, biasanya disebut dermatitis kontak,” ungkap Dr Ogden.
“Ini adalah ruam gatal yang kadang-kadang bisa memiliki benjolan di atasnya dan tampaknya kronis.”
Orang yang memiliki kulit sensitif atau riwayat eksim berisiko lebih tinggi terkena iritasi dari kain-kain ini, begitu juga orang-orang yang punya alergi secara umum.
Pewarna pakaian adalah penyebab umum ruam kulit alergi, masih menurut penjelasan dari Dr Ogden, terutama pewarna biru dan oranye dalam pakaian dan barang-barang lainnya.
Kaus kaki elastis, pakaian dalam dan bra juga dapat menyebabkan ruam pada beberapa orang karena karet khususnya jika kamu menyadari kamu bereaksi buruk terhadap pewarna. Dr Ogden merekomendasikan mencuci pakaian baru sebelum memakainya untuk pertama kalinya.
Bahan sintetis seperti nilon dan lycra bisa juga menyebabkan masalah ketika digunakan untuk bawahan, tidak seperti bahan katun, bahan-bahan itu menjaga kelembaban dan panas dan bisa menjadi tempat berkembang biak untuk infeksi jamur.