kilasdepok.com, JAKARTA – Bagaimana cara berdagang sukses ala Rasulullah SAW? Dalam Islam, begadang atau memulai bisnis dianggap sebagai salah satu pekerjaan mulia dan bahkan mempermudah datangnya rezeki Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam suatu hadist terkemuka yang berbunyi, “Sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam perdagangan”
Nabi Muhammad SAW juga merupakan seorang pedagang sejati. Sejarah mencatat bahwa ia memulai bisnisnya pada usia 12 tahun. Ia dikenal sebagai pedagang yang jujur, ramah dan bahkan sukses.
Kesuksesan Nabi Muhammad SAW dalam berwirausaha bukan hanya materi saja. Namun juga mendapat rezeki berkah dan memupuk persaudaraan (dalam arti menambah rekan kerja atau kenalan baru) sesama muslim.
Setiap muslim bisa meniru kesuksesan Nabi Muhammad SAW. Berikut beberapa cara berdagang sukses ala Rasulullah SAW yang bisa dicontoh untuk mengembangkan bisnis Anda agar semakin sukses.
Jujur
Rasulullah SAW terkenal dengan kejujurannya, termasuk dalam bertransaksi. Ia tidak pernah mengurangi takaran barangnya, tetapi menambahkannya agar pembeli puas dengan pelayanannya.
Dia selalu berbicara kepada pembeli tentang pro dan kontra dari kondisi barang dagangannya. Hingga akhirnya, Nabi diberi julukan Al-Amin yang artinya yang dapat dipercaya.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Tirmidzi, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya para pedagang (pengusaha) akan dibangkitkan pada hari kiamat sebagai para penjahat kecuali pedagang yang bertakwa kepada Allah, berbuat baik dan jujur.”
Ambil Keuntungan Sewajarnya
Tentu saja, para pedagang mengharapkan keuntungan dalam bisnis mereka. Namun, tidak jarang para pedagang mendapatkan keuntungan atau mengambil keuntungan besar tanpa mempertimbangkan pembeli.
Saat berdagang, Nabi Muhammad memberi tahu modalnya dengan jujur ketika pembeli bertanya. Sebab, cara berdagang Rasulullah tidak hanya untuk kepentingan materi, tetapi juga untuk ridha Allah.
Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman: “Barangsiapa yang menghendaki keuntungan akhirat, akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu kebahagiaan pun di akhirat .” (QS. Asy-Syuraa: 20)
Menjual Barang dengan Kualitas Bagus
Cara Nabi Muhammad (Rasulullah) selanjutnya dalam bertransaksi adalah selalu menjual barang yang berkualitas. Beliau tidak pernah menjual barang cacat, dan jika ia menemukan sekecil apapun, ia tidak menyembunyikannya. Nabi Muhammad secara terang-terangan mengkomunikasikan kelebihan dan kekurangan barang.
Sebuah hadist riwayat dari Ibnu Majah, Uqbah bin Amir pernah mendengar Rasulullah berkata:
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak halal bagi seorang muslim untuk menjual barang yang ada cacatnya kepada temannya, kecuali jika dia jelaskan.”
(HR. Ibn Majah)
Amanah
Rasulullah SAW memiliki sifat amanah yang artinya dapat dipercaya, dan fathonah artinya pintar. Ia membuktikan bahwa berdagang jujur tetap bisa mengembangkan bisnis skala besar.
Nabi Muhammad pandai melihat peluang tanpa menipu, sehingga citranya terkenal di kalangan pengusaha kaya, dan ia adalah orang yang penuh perhitungan, jujur, dan profesional.
Meski berasal dari keluarga miskin, Nabi Muhammad tidak menganggap bisnis sebagai peluang. Dia menunjukkan minat yang besar dalam bisnis ketika dia berusia 17-20 tahun. Saat itu, ia bersaing dengan pengusaha senior regional.
Tidak Mudah Putus Asa
Sikap ini sangat diperlukan dalam menjalankan bisnis apapun (termasuk berdagang). Jika seorang pedagang mudah putus asa, dia tidak akan berhasil. Ingat, selalu ada proses dalam setiap bisnis. Selain itu, dalam perjalanannya, beberapa rintangan mungkin menghalangi kita.
Begitu pula dengan berdagang. Mungkin kita butuh waktu panjang untuk mendapat keuntungan yang baik dan cukup secara materi. Yang perlu diingat adalah terus berusaha dan tidak gampang putus asa. Apalagi Allah sudah menjanjikan nikmat dan rahmat bagi hambanya yang terus berusaha.
“…Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah kaum yang kafir.” (QS. Yusuf: 87)