kilasdepok.com, KUBU RAYA – Masih teringat di benak Ilyah (59), ketika nama Dinda Amelia (15) tertulis di dalam manifes pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182. Ilyah, nenek dari Dinda, masih belum dapat menghapus kesedihan setiap ia mengingat setiap kenangan bersama sang cucu. Terutama di saat-saat terakhir ia berinteraksi dengan almarhumah.
“Waktu dia berangkat (ke Jakarta), ibu menyesal ndak sempat cium dan peluk almarhumah. Sampai sekarang ibu masih sedih kalau ingat itu,” ungkap Ilyah ketika ditemui Tim Global Wakaf-ACT Kalimantan Barat di rumahnya Desa Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Sabtu (2/10/2021).
Ada satu kenangan yang sampai saat ini masih dimiliki Ilyah. Sebuah mesin pengemas gelas plastik atau cup sealer yang digunakan Ilyah untuk berjualan minuman instan beserta ayam geprek di depan rumah.
Dinda bahkan berniat membantu neneknya mencari penghasilan sebab saat itu, siswi kelas XI ini masih belajar daring.
“kata dia ‘Nek, kalau pulang dari Jakarta, adek udah ndak mau lagi kerja ikut orang, adek mau jualan sama nenek’ begitu,” tiru Ilyah.
Namun, rencana tersebut tidak dapat terwujud. Ilyah menggeluti sendiri usaha tanpa Dinda. Setelah jasad Dinda pulang ke Kubu Raya, Ilyah menziarahi makamnya tidak kurang dua pekan sekali sampai kini.
Untuk menghidupkan terus semangat usaha mendiang Dinda dan Ilyah, Global Wakaf-ACT memberikan bantuan modal usaha dan pendampingan melalui program Wakaf UMKM. Melalui program ini, harapan usaha Ilyah dapat terus berjalan dan berkembang.
Nircho Dwi Anggoro dari Tim Global Wakaf-ACT Kalimantan Barat, mengatakan, “Melalui pesan ini juga, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh Sahabat Dermawan yang telah mendukung program ini melalui doa dan donasi terbaiknya. Insyaallah, sedikit yang kita keluarkan, akan sangat bermakna bagi mereka yang mendapat manfaatnya,” ujar Nircho.[]